HATI YANG TERSAKITI
Aku di sini, duduk
terdiam bersama serpihan perihku. Sakit ku mengingat saat kau di sisiku. Dulu,
kau memberiku sebuah senyuman yang belum pernah ku dapatkan sebelumnya. Rasa
itu terukir dalam dengan indah. Tapi tak ku sangka, rasa sayang yang selama ini
kau beri hanyalah kebahagiaan yang semu. Kau mengagungkan sesuatu yang kau
sebut cinta dengan topengmu, yang dibaliknya tersembunyi seribu bilah pisau
yang siap menyerangku dan menusuk jantungku. Atas nama cinta, kau bersandiwara
di depanku.
Saat kau bercerita
tentang peran baikmu dalam sandiwara yang berbeda. Begitu lihai kau merangkai
kata dan mengucap janji manis yang sangat indah terdengar. Awalnya aku bisa
mengabaikan semua rayuan manismu, tapi kau memang takmau menyerah. Bagaimanapun
juga aku seorang wanita yang selalu terbawa perasaan, akhitnya hatiku luluh
saat kau berkata “Kaulah pelabuhan cinta terakhirku…”
waktu terasa berjalan
begitu cepat hingga membuatku terjatuh dan tak sadarkan diri lagi. Bodoh aku
yang percaya dengan ucapanmu. Kau membuatku berkorban hanya untuk dirimu.
Diam-diam kau menusukku dari belakang dengan belati dibalik topengmu yang
terukir indah. Kata-kata cinta yang kau beri racun, membuatku tidak menyadari
sakit yang begitu dalam.
Apa kau masih
menjunjung tinggi janji yang pernah kau berikan untukku? Janji bahwa kau takkan
pernah meninggalkanku.
Mengapa hati ini masih
menyimpan kenangan bersamamu? Setiap detik di sisimu terekam jelas dan
tersimpan indah di sudut hati kecilku. Tapi semua itu hanyalah sandiwaramu, kau
adalah seorang pemain yang memiliku seribu topeng dan beribu tipu muslihat
untuk mendapatkan apa yang kau mau.
Kau mendekatiku dengan
bualanmu untuk menjadikanku permainan. Setelah kau mendapatkan kesenangan yang
kau cari, kau membuangku dan menganggapku tak pernah ada dalam hidupmu. Entah
apa yang membuatmu melakukan semua itu. Apa rasa sakit yang pernah kau
ceritakan itu yang membuatmu tak punya perasaan lagi seperti ini? Atau memang
inilah dirimu yang sebenarnya?
Seharusnya aku
mendengan apa kata mereka, tapi aku terlalu angkuh dengan perasaan itu.
Ya…hatiku terlalu meninggikanmu karena terlalu mudah aku terbuai oleh setiap
katamu. Salah ku memberimu kesempatan untuk bermain api dibelakangku. Sekarang
aku hanya bisa menyesali kepolosanku berhadapan dengan orang,sepertimu.
Tapi apa gunanya rasa sesal itu? Aku telah tersakiti, perih yang sangat dalam dan aku harus membuang perasaan yang dulu kubanggakan. Aku malu dengan diriku.
Tapi apa gunanya rasa sesal itu? Aku telah tersakiti, perih yang sangat dalam dan aku harus membuang perasaan yang dulu kubanggakan. Aku malu dengan diriku.
Tak ada lagi kata yang bisa menggambarkan rasa sakitku yang
begitu dalam. Kini ku merasa, kau adalah orang terjahat yang pernah ku temui
selama hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar